March 12, 2009

LPBT 2009 COMMIT! Bukan sekedar komat – kamit!

Posted in cyber pr project at 4:22 pm by nggy

Mulut memang menjadi modal utama seorang presenter berita. Namun di LPBT (lomba Presenter berita televisi) 2009, commit! ternyata ada banyak hal lain yang juga perlu dimiliki oleh seorang pembawa berita televise. Salah satu yang terpenting adalah semangat untuk berkomitmen pada dunia jurnalistik.
Karena itu tidak heran bila Lomba yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Kristen petra ini akhirnya mengangkat tema “Commit!”. Seorang presenter berita televisi diharapkan tidak hanya menjual kemampuan dalam membawakan sebuah berita, tapi lebih dari itu, mereka juga dituntut untuk memiliki kemampuan jurnalistik seperti mencari, mengolah, menulis, dan melaporkan berita.
Jumat (6/3) dan Sabtu (7/3) menjadi hari di mana para finalis LPBT membuktikan kemampuan jurnalistik mereka. Pada sesi workshop dan test drive di Gramedia Expo, Surabaya, mereka bahkan hanya memiliki waktu kurang dari 1 jam untuk melakukan semua proses pelaporan berita, yakni dari pencarian, penulisan, hingga pelaporan berita secara langsung (live report). Namun sekalipun waktu yang diberikan sangat singkat, para finalis tetap mampu memberikan hasil yang baik. Ini terlihat dari penilaian dan komentar memuaskan yang diberikan oleh Tina Talisa (presenter TvOne), yaitu juri sekaligus anchor LPBT 2009.
Tidak cukup itu, keesokan harinya di Tunjungan Plaza 3, sekali lagi para finalis membuktikan kreativitas dan kemampuan jurnalistik mereka. Beberapa finalis melaporkan berita dengan cara melakukan wawancara, membawa sampel produk, hingga mencicipi sebuah masakan.
Namun jangan disangka kegiatan jurnalistik itu mudah. Penulis yang juga merupakan kru divisi acara LPBT 2009 ini mendapat kesempatan untuk merasakannya. Pada babak penyisihan dan semifinal, skrip atau naskah berita tidak dibuat oleh peserta, namun disediakan oleh panitia. Di sini lah penulis mengambil peran dalam penulisan naskah berita. Pada awalnya penulis tidak merasa kesulitan dalam menulis skrip berita untuk teleprompter. Namun ketika kemudian naskah itu dikonsultasikan pada para juri yang juga praktisi – praktisi jurnalis, penulis baru menyadari bahwa ternyata menulis naskah itu tidak mudah.
Sama – sama bidang jurnalistik, namun berita televisi dan berita cetak sangat berbeda. Penulis pun sadar bahwa selama ini orang – orang kebanyakan hanya terlatih untuk menulis berita cetak, karena banyak sekolah juga mengajarkan demikian. Namun sedikit sekali yang sejak dini mengajarkan jurnalistik televise. Selain itu penulis juga mengalami tekanan dengan deadline. Hidup serasa dikejar – kejar. Waktu tidur yang normalnya 6-7 jam, saat LPBT berkurang drastis menjadi 2-4 jam saja. Bahkan coordinator divisi acara sempat tidak tidur demi naskah berita yang akan dipakai untuk lomba.
Satu hal yang dapat disimpulkan adalah bahwa tanpa adanya kecintaan atau semangat untuk berkomitmen pada dunia jurnalistik, kegiatan jurnalistik hanya akan menjadi sekedar kewajiban belaka. Karena itu lah semangat yang diusung LPBT tahun ini juga dengan gamblang menggambarkan bahwa seorang presenter berita telivisi sejati adalah seorang jurnalis yang tentunya memiliki jiwa jurnalistik juga. Tanpa jiwa jurnalistik, tentunya seorang presenter berita televise hanya akan menjadi presenter yang sekedar “komat-kamit” di depan kamera, tanpa mengetahui apa makna jurnalistik sesungguhnya. (nggy)